Mengenang Almarhum Zainuddin; Tunanetra Yang Pantang Meminta-minta

VivaMuslim.com - Hari ini (Rabu, 17 Februari 2016), facebook mengingatkan saya pada satu foto dan tulisan sangat spesial yang saya buat saat tanggal yang sama setahun lalu. Ya, tulisan atas foto itu saya rangkai dengan emosi bercampur aduk. Antara bahagia dan nelangsa. Mengapa demikian? Berikut ini detail tulisan tersebut.



Selasa (3/2/2015) saya baru saja mengunjungi rumahnya untuk kali kesekian untuk memantau perkembangan penggunaan kafalah (santunan) keluarga faqir yang diperolehnya dari Qatar Charity, tempat saya berkhidmah sejak 16 April 2006 silam. Hasilnya sungguh luar biasa.

Selama 3 tahun, dari dana tersebut, Zainuddin membangun rumah toko yang direncanakannya sebagai tempat usaha menjahit dan pangkas. Selain, tempat tinggalnya bersama istri dan 2 putranya. Pelan, namun pasti. Ruko itu tinggal finishing saja.

Sabtu (14/2/2015) jam 10an pagi, Zainuddin masih menelpon saya menanyakan kapan lagi ada pencairan dana agar dia bisa menyelesaikan ruko tempat penghidupannya di masa depan. Namun qadar Allah berkehendak lain.

Masih di hari yang sama. Siang jam 1-an, anak sulungnya menelpon saya mengabarkan bahwa ayahnya telah tiada. Seakan tak percaya mendengarnya. Sejam kemudian, giliran adik almarhum yang menelpon, mengabarkan kembali berita kepergiannya. Inna lillah wa inna ilaihi raji’un!

Senin (16/2/2015) jam 9.30 saya tiba di rumah duka. Istrinya bersandar di dinding rumah dengan mata nanar menatap kosong. Ibu almarhum beserta beberapa ibu lainnya sedang memilah-milah ikan teri yang akan dijadikan lauk makan siang. Sementara kedua anak almarhum, Rahmat (kelas 6 SD) dan Mukhlis (kelas 1 SD) asyik bercengkrama dengan kawan sebaya.

“Mata almarhum buta karena wabah cacar yang menyerangnya ketika umurnya baru 1,5 tahun. Walau tidak pernah sekolah, almarhum tau jumlah uang yang sedang digenggamnya. Ia sulung dari 9 bersaudara. Dari kecil ia mandiri, tidak mau menyusahkan orang lain, terutama orang tuanya. Tidak mau dia meminta-minta”, tutur sang ibu yang telah berumur 73 tahun, namun tetap segar bugar fisik dan ingatannya.

Sementara itu, Syamsul Bahri, adik almarhum menuturkan, “Jam 11-an tadi almarhum masih menjala ikan di sungai belakang rumahnya untuk makan siang kelurganya. Begitu pulang jam 12-an, dia mandi dan istirahat agar bisa jualan seperti biasanya. Jam 1 lebih dikit, dia terbangun mengeluhkan rasa sakit di dadanya. Langsung dipanggilkan bidan desa. Abang sudah meninggal begitu bidan sampai. Tidak ada sakit apa pun sebelum itu. Mungkin serangan jantung mendadak,”ucapnya.

“Ikan hasil tangkapannya pagi itu lah yang kami makan siangnya,” ungkap ibu almarhum dengan suara bergetar.

Allah!

Ya, dari sekian keluarga faqir yang menerima bantuan Qatar Charity, almarhum yang paling gigih berusaha. Laporan tahun pertama, ia belikan sapi yang dimawahkannya kepada tetangganya. Namun ia batalkan hanya 2 bulan berjalan karena si pemelihara kurang amanah.

Laporan tahun kedua, dana itu ia gunakan untuk membangun rumah yang akan disewakan bagi mahasiswa. Lagi-lagi dibatalkannya karena khawatir nanti si penyewa akan berbuat yang tidak-tidak di rumah itu.

Laporan tahun ketiga, ia ganti rumah itu menjadi rumah toko (RUKO) untuk usaha menjahit dan pangkas. Belum lagi tuntas rencana itu, si perencana telah dipanggil pulang oleh Sang Perencana Terbaik, Allah ‘azza wa ‘ala.

Keteguhanmu dalam menggenggam prinsip hidup, sungguh sangat menginspirasi. Semoga Allah jumpakan kita kelak di sana. Selamat jalan, Pak Zainuddin!

Source : AcehTrend.com
IKLAN
Tag : INSPIRASI, KISAH, KISAH HIKMAH IKLAN
Back To Top