ilustrasi |
Dalam perjalanan pulang, orang-orang musyrik itu beristirahat di sebuah rumah sementara unta-unta hasil pencurian mereka dibiarkan mencari makan di sekitarnya.
Ketika semua orang tertidur di tengah malam, muslimah tersebut mengendap-endap keluar. Agar tak terkejar saat melarikan diri, ia tak bisa mengandalkan jalan kaki. Ia perlu kendaraan.
Dihampirinya unta-unta itu satu per satu. Namun semua unta yang dihampirinya bersuara. Ia takut jika dipaksakan, suara unta itu akan semakin keras dan membangunkan orang-orang musyrik. Sampai pada Al ‘Adhaba’, rupanya unta itu diam saja ketika didekatinya. Akhirnya Al ‘Adhaba’ ia naiki hingga tiba di Madinah.
Dalam perjalanan ke Madinah, muslimah itu bernadzar, jika ia selamat sampai rumah, unta tersebut akan disembelihnya.
Setibanya di Madinah, sebagian orang tahu bahwa unta yang ia naiki adalah Al ‘Adhaba’, untanya Rasulullah. Namun, ia terlanjur bernadzar. Maka ia pun menghadap Rasulullah dan meminta beliau menyembelihnya.
Beliaupun menasehati muslimah tersebut. “Malang benar jika engkau sembelih unta ini.” Karena ia sudah diselamatkan Allah dengan bantuan unta tersebut, malah untanya mau disembelh.
Lalu beliaupun menjelaskan tentang nadzar. “Nadzar tidak perlu dipenuhi jika bertujuan bermaksiat kepada Allah atau di luar kemampuan manusia.” [Ibnu K/Tarbiyah.net]
Tag :
Sejarah
IKLAN